Tarif Murah Itu Penting Tapi Penuh Risiko
Maskapai penerbangan nasional Lion Air memperkenalkan armada baru pesawat Boeing 737-900 ER di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (30/4). Wapres Jusuf Kalla ikut menikmati penerbangan perdana.
Pengguna jasa penerbangan nasional kini dimanjakan dengan hadirnya pesawat Boeing 737-900 ER. Tentu saja pesawat ini dilengkapi dengan sejumlah keunggulan, antara lain daya jelajah.
Embel-embel ER di belakang angka 900 menunjukkan arti ketangguhan pesawat buatan AS ini. ER kependekan dari extended range. Pesawat ini konon lebih ekonomis dibanding pesawat penumpang sejenis.
Pesawat Boeing 737-900 ER ini memiliki desain baru seperti sayap, interior, roda pendaratan, ban dan rem. Juga ada penambahan jumlah pintu keluar, teknologi baru pada instrumen terbang serta teknologi mutakhir pada mesin pesawat.
Ukuran pesawat tidak beda dengan Boeing 737-900 terdahulu yaitu panjang 42,1 meter dengan kapasitas 213 penumpang atau 26 seat lebih banyak dari pesawat sejenis generasi sebelumnya.
Selain Wapres Jusuf Kalla, yang ikut menikmati penerbangan perdana Menhub Hatta Rajasa, Menteri Budaya dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono dan Kepala BKPM M Lutfi serta Sekretaris Wapres Toersandi Alwi.
Dipiloti, Kapten Eddy S, Jusuf Kalla beserta rombongan berputar-putar selama 45 menit di Jakarta dan Cilegon dengan ketinggian 3.000-10.000 kaki di atas gunung Krakatau. Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta dan mendarat di Halim Perdana Kusuma.
Meski naik pesawat berteknologi tinggi namun pelayanan saat terbang perdana kemarin biasa-biasa saja. Jusuf Kalla dan wartawan cukup disuguhi air mineral dalam bentuk gelas selama 45 menit di udara. "Pesawatnya oke tapi pelayanan memprihatinkan," gerutu wartawan.
Jauh berbeda ketika wartawan terbang bersama Jusuf Kalla menuju Bali dengan pesawat lain. Pasokan makanan dan minuman seolah tak berhenti disajikan sehingga penerbangan 45 menit seolah tak terasa lama. "Pemerintah memberi apresiasi terhadap pembelian pesawat ini karena dalam 10 tahun terakhir, tidak banyak maskapai penerbangan yang membeli pesawat baru," puji Kalla.
Pada kesempatan kemarin Wapres Jusuf Kalla memberi peringatan keras terhadap frekuensi penerbangan Indonesia yang terlalu padat. Dampaknya, tingkat keselamatan penerbangan mengkhawatirkan sehingga kepercayaan masyarakat semakin memudar.
Frekuensi penerbangan yang super sibuk ini terkait dengan minimnya infrastruktur yang dimiliki Indonesia. Selain itu maskapai penerbangan Indonesia dikenal suka membeli dan memakai pesawat bekas.
Dan padatnya penerbangan memicu persaingan tarif yang tidak sehat. "Tarif murah itu penting tapi penuh risiko," kata Jusuf Kalla.
Menhub Hatta Rajasa mengatakan menanggulangi padatnya frekuensi perhubungan udara, pihaknya menyiapkan sejumlah bandara pusat di daerah sehingga tidak semua airline berada di Jakarta. "Selama ini semua pinginnya di Jakarta, akibatnya frekuensi penerbangan sangat tinggi. Penerbangan kita di atas 800 penerbangan per hari," ungkap Hatta.
Bandara yang bakal menjadi bandara pusat yakni Medan, Makassar, Surabaya dan Manado.
Data statistik Asosiasi Perusahaan Penerbangan Dunia (International Air Transport Association/IATA) pertumbuhan transportasi udara melebihi pertumbuhan dunia. Pada 2006 menuju 2010, diperkirakan akan melonjak 4,8 persen. Indonesia sendiri dalam dua tahun terakhir sudah melampui angka 22 persen.
Bila pertumbuhan tidak diimbangi keamanan dan keselamatan penerbangan, akan menjadi bencana bagi Indonesia sendiri. Menyambut open sky policy (kebijakan udara bebas, red) yang menjadi komitmen kepala negara dan pemerintahan di kawasan Asia, persaingan semakin ketat.
Jusuf Kalla Nikmati Penerbangan Perdana Boeing 737-900 ER
Sabtu, 09 Oktober 2010
Diposting oleh
Kuncoro Setyo Adi.blogspot.com
di
3:48:00 PM
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Label:
Aviation
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar